
wartamoro.com ,Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdoel Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda menarik perhatian publik setelah muncul informasi tentang pengeroyokan. pasien balita.
Bayi yang berumur 16 bulan itu sudah mengalami tiga prosedur bedah karena adanya cairan pada otaknya.
Kejadian tersebut terjadi pada Selasa (22/4) dan menarik perhatian kekhawatiran dari sejumlah pihak, termasuk para anggota DPRD Kota Samarinda.
Kepala Departemen Hubungan Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah AWS Samarinda dr Arysia Andhina telah menyampaikan penjelasan mengenai berita tersebut.
Dia mengatakan bahwa keadaan itu kemungkinan besar disebabkan oleh kesalahpahaman komunikasi.
Akan kami periksa lagi ke ruangan yang bersangkutan. Kemungkinan besar pasien dianjurkan untuk pulang sebab tak ada penanganan medis lebih lanjut. Tetapi, keputusan itu masih membutuhkan koordinasi dengan tim manajerial," demikian ujar Arysia berdasarkan kutipan tersebut. Antara , Rabu (23/4).
Arysia menyatakan bahwa masalah pada bayi itu mengandung risiko yang sangat besar.
Untuk balita berusia di bawah dua tahun, tingkat kegagalan peralatan medis yang ditempel dapat mencapai empat persen.
Peluang gagalnya bisa naik sampai 98 persen ketika anak mencapai umur 10 tahun, terlebih karena variasi massa tubuh serta situasi kesehatan si pasien.
Oleh karena itu, mungkin bukan kesalahan dalam prosedur pasang alat tersebut, tetapi lebih ke gagalannya perangkat itu sendiri. Ini konsisten dengan beberapa studi medis yang tersedia," jelasnya.
Terpisah, Anggota Komisi I DPRD Kota Samarinda Adnan Faridhan, bersama dengan Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRac PPA), secara langsung menyelidiki laporan tersebut di RSUD AWS.
Dia menyuarakan kekhawatirannya tentang situasi bayi bernama Radepa yang semakin memprihatinkan usai menerima deretan tindakan bedah mulai bulan Februari tahun 2025.
Ternyata, Adnan mengetahui dari keluarga bahwa pasiennya memiliki risiko kehilangan penglihatan dan lumpuh di salah satu sisi tubuhnya.
Dia pun memberikan komentar terkait kabar tentang ancaman penolakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit.
"Saya agak terkejut ketika mendengar kabar tersebut bahwa apabila sang ibu menolak prosedur medis, dia diharuskan meninggalkan tempat itu pada hari yang sama. Sementara keadaan si anak sangat sulit untuk dipindahkan," jelas Adnan.
Adnan sudah berkomunikasi dengan rumah sakit dan merancang pertemuan dengan Direktur Utama RSUD AWS pada hari Rabu (23/4).
Tindakan tersebut diambil untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan menemukan jawaban paling efektif untuk sang pasien.
Dia menyatakan betapa pentingnya kewaspadaan saat menanganinya karena melibatkan hidup seseorang.
"Saya percaya bahwa rumah sakit pun telah berusaha semaksimal mungkin. Keluarga dari para korban juga menginginkan agar anak mereka dapat pulih seperti sedia kala. Semoga esok hari akan datang kabar baik," ungkap Adnan.
Posting Komentar