Dengan Diplomasi Budaya, Industri Musik Indonesia Siap Berkolaborasi dengan K-Pop

Dengan Diplomasi Budaya, Industri Musik Indonesia Siap Berkolaborasi dengan K-Pop

wartamoro.com,  Industri musik dunia telah mengambil keuntungan dari teknologi blockchain guna meningkatkan tingkat pengawasan yang lebih jelas serta penyebaran royalti bagi pencipta lagu.

Ini merupakan kabar baik untuk para penulis lagu dan musisi lokal, walaupun platform-platform digital tersebut belum semuanya mengadopsi teknologi ini secara menyeluruh.

Inisiatif penguatan teknologi blockchain dimulai oleh Happy Music (Happymusic.ai) serta Aetherium (ATVM.ai), keduanya berkolaborasi untuk memajukan sektor musik di Indonesia.

Happy Music memiliki tujuan 'membebaskan musisi dalam ekosistem digital' serta menawarkan keterbukaan terkait royalti dengan kerjasama bersama Aetherium untuk meluncurkan teknologi kecerdasan buatan yang mumpuni. Teknologi ini bertujuan untuk memberikan dampak signifikan pada industri hiburan nasional.

"Meskipun negara seperti Amerika Serikat belum secara keseluruhan menerapkan teknologi blockchain pada sektor musik, kita percaya bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam penggunaan inovasi ini," ungkap CEO Happy Music, Dara Ninggarwati saat menandai perjanjian kolaborasi di Yogyakarta, Rabu (23/4/2025).

Di luar peningkatan di bidang teknologi, kata Dara, Indonesia juga mengembangkan kerjasama dalam hal kebudayaan bersama Korea Selatan untuk memajukan sektor industri musik.

Kerjasama ini meliputi pembangunan ide tentang idola kecerdasan buatan (AI) sebagaimana menjadi elemen dalam strategi diplomasi budaya, sambil tetap menggarisbawahi bahwa hasil kreatif harus murni dari tangan manusia.

Selama ini Korea Selatan terkenal karena kekuatannya dalam hal budaya populer yang didasarkan pada industri musik K-Popnya.

Melalui kolaborasi ini, Indonesia bertujuan merancang kembali produk budaya lokal dalam bentuk yang mempesona dan sesuai bagi kalangan pemuda, terutama Generasi Alfa yang amat dekat dengan perkembangan teknologi.

Dikatakan oleh Dara, serangkaian tindakan kolaboratif ini menggambarkan komitmen Indonesia untuk menciptakan industri kreatif yang berfokus bukan saja pada talenta, melainkan juga pada pembaruan serta pendekatan diplomatik dalam hal budaya.

"Target utamanya adalah menghasilkan lingkungan budaya yang solid dan bersaing, sambil membuka peluang agar musisi Indonesia dapat menampilkan diri setara dengan seniman-seniman global," terangnya.

Perwakilan dari Aetherium, Vickie Lee menyatakan bahwa budaya K-Pop kini telah menjadi populer di kalangan masyarakat global.

Banyak bintang dari negeri itu tidak hanya memulai karier mereka di Asia tetapi juga merambah ke dunia hiburan Amerika Serikat dan Eropa.

Oleh karena itu, Aetherium berupaya mengembangkan kolaborasi lebih luas di bidang industri musik khususnya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, lewat penerapan teknologi idola AI yang menjadi elemen penting dalam taktik diplomasi budaya internasional pada platform mereka.

Selain itu, K-Pop juga sangat disukai oleh penduduk di Indonesia.

"Diharapkan kolaborasi internasional ini akan mendorong pertumbuhan industri musik secara global," katanya.

Kepala Indonesia Blockchain Center, Hambali menyatakan bahwa pertumbuhan kecerdasan buatan di tanah air diprediksi akan terus meningkat dengan cepat.

Walaupun memerlukan peraturan yang lebih ketat, kolaborasi antara para pemangku kepentingan dapat membantu meningkatkan citra Indonesia di kancah internasional.

"Visinya adalah menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam peta Web3 global," tegasnya. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama