wartamoro.com, Berakhirnya masa menyusui merupakan tahap yang wajar selama proses pemberian ASI. Akan tetapi, periode tersebut mungkin mengundang sejumlah pergantian baik secara fisik ataupun psikologis bagi wanita. Perubahan ini —yang disebut dengan penyapihan— tidak cuma berpengaruh terhadap pengeluaran ASI, namun juga dapat menimbulkan dampak pada keseimbangan hormonal, keadaan mood, bahkan sampai kondisi payudara.
Untuk beberapa wanita, periode ini mungkin memberikan rasa lega, namun bagi yang lainnya bisa menghadirkan tantangan unik. Mengenal hal-hal yang terjadi pada tubuh saat berakhirnya penyusuan dapat mendukung wanita dalam persiapan fisik dan emosional mereka agar melewati tahap ini dengan lebih tenang.
1. Perubahan suasana hati

Apakah kau merasa agak sedih ketika menyapih bayi? Seperti masa kehamilan dan menyusui, proses penyapihan juga bisa mengubah tingkat hormon dalam tubuh sehingga berdampak pada emosi.
Terdapat dua hormon utama yang memainkan peran dalam transformasi ini—oksitosin dan prolaktin. Kedua hormon tersebut dikenal sebagai "hormon keibuan" sebab mereka membantu menciptakan perasaan kasih sayang, kedamaian, kepenuhan, serta ikatan emosional.
Saat memberikan ASI, tubuh memproduksi jumlah besar oksitosin dan prolaktin. Namun, saat proses weaning dimulai, konsentrasi hormon-hormon ini berkurang. Tak jarang wanita merasakan emosi seperti menetes air mata, kesedihan, kehilangan semangat, atau cepat terganggu.
Selain itu, apabila memutuskan untuk menyapih, wanita mungkin tetap mengalami rasa sedih atau kehilangan lantaran periode memberikan ASI sudah usai.
Menyudahi proses menyusuibayi merupakan suatu keputusan yang amat personal. Oleh karena itu, bila belum benar-benar percaya diri dengan langkah tersebut, lebih baik ditunda dahulu. Sebaiknya pertimbangkan secara mendalam dan teliti sebelum akhirnya memilih kapan waktu yang tepat untuk menyapih, apakah saat ini atau di lain kesempatan.
2. Masalah kulit
Saat mengakhiri proses menyusui, Anda mungkin mencatat beberapa perubahan pada kulit, biasanya seolah-olah kembali ke masa pubertas. Fluktuasi hormon bisa memicu timbulnya jerawat.
Pada masa penyapihan, kadar prolaktin dan oksitosin—yang berperan dalam memelihara produksi ASI—akan menurun, sementara itu progesteron dan estrogen akan naik kembali. Walau demikian, perubahan hormonal tersebut juga bisa menghasilkan lebih banyak sekresi sebum secara natural, sehingga risiko tersumbatnya pori-pori menjadi besar dan mungkin timbul jerawat.
Positifnya lagi, beberapa perubahan pada kulit yang terkait dengan kehamilan kemungkinan besar akan pulih setelah masa penyusuan. Sebagai ilustrasi, stretch mark Bisa meredupkan dan area puting susu serta areolanya (yang mungkin sudah memudar atau melebar) umumnya akan pulih menjadi tampilannya semula.
3. Menstruasi tidak teratur

Mungkin saja siklus menstruasimu jadi tidak menentu, meskipun sebelum kehamilan siklus bulananmu biasanya sudah teratur. Hal ini disebabkan oleh peran hormon estrogen dan prolaktin.
Saat sedang memberikan ASI, tingkat estrogen cenderung sangat rendah sementara prolaktin meningkat secara signifikan. Dua hal ini berkontribusi pada penurunan frekuensi haid. Akan tetapi, setelah proses pemutusan pemberian ASI, Anda sebenarnya memprogram ulang tubuh agar hormon-hormon itu dapat kembali mencapai levelnormalnya.
Proses transisi ini belum tentu cepat atau bisa diantisipasi. Seperti saat menstruasi mulai terjadi semasa pubertas, beberapa siklus awal mungkin bersifat anovulatori. Hal itu menunjukkan bahwa wanita tersebut mengalaminya sebagai menstruasi yang disertai tanpa pelepasan ovum.
Perdarahan anovulasi cenderung tak menentu, kadang-kadang bisa lebih berat atau justru lebih ringan daripada biasanya, dan durasinya juga dapat lebih pendek atau lebih panjang dari kebiasaan.
Untuk beberapa individu, siklus anovulasi setelah masa menyusui bisa bertahan selama periode tertentu. Namun, ada juga yang justru memulai ovulasi di dalam menstruasi awalnya atau bahkan ketika masih terus memberikan ASI.
Kekerasan gejala menstruasi bisa jadi berbeda setelah masa menyusui selesai. Sebagai contoh, wanita mungkin akan merasakan kram yang lebih parah atau mengalami kurangnya gejala sindrom pra-menyiklus (PMS).
Sabarlah. Biasanya menstruasi akan menjadi teratur lagi setelah enam bulan atau bahkan lebih lama.
Apabila tetap mengalami aliran darah yang abnormal, tidak menentu, atau jauh berbeda (dibandingkan saat sebelum kehamilan) setelah melewati enam bulan masa menyusuhi bayi, segeralah konsultasikan kepada dokter guna mengetahui aslinya dari masalah tersebut.
Harap dicatat bahwa siklus haid yang tidak teratur bukanlah perlindungan dari kehamilan. Oleh karena itu, bila tidak berkeinginan untuk mengandung, pastikan gunakan metode kontrasepsi dengan benar.
4. Merasa lelah
Melakukan proses menyusui menghabiskan banyak tenaga dan bisa membuat Anda merasa sangat letih. Setiap harinya, tubuh membakar kira-kira 500 sampai dengan 700 kalori tambahan selama masa menyusui.
Ternyata proses menyapih juga bisa menimbulkan rasa letih. Ketika tingkat progesteron dan estrogen kembali normal, wanita cenderung merasakan kelelahan yang signifikan. Ada pula beberapa individu yang mengeluhkan sensasi pusing.
Selain itu, Anda mungkin juga mengalami penyesuaian dengan rutinitas tidur yang baru. Mungkin tubuh masih sering bangun di waktu dini hari untuk menyusu di malam hari, meskipun sudah berhenti menyusui.
Menjaga tubuh tetap terhidrasi, melaksanakan olahraga secara berkala, serta berusaha menaatui jadwal tidur yang stabil (sesuai keadaan dengan si buah hati atau anak kecil) dapat meminimalisir tingkat kelelahan.
Apabila tubuh sudah terbiasa bangun di pertengahan malam, bisa jadi diperlukan waktu bagi tubuh untuk beradaptasi dengan pola tidur yang telah diubah.
Jika kelelahan berlanjut dan gangguan tidur semakin parah, atau diikuti oleh rasa sedih, hilangnya minat hingga ketidakefektifan dalam menikmati aktivitas sehari-hari termasuk merawat bayi, bisa jadi Anda mengalami depresi pasca persalinan yang memerlukan bantuan medis.
5. Gejala mirip flu hingga risiko mastitis

Merasa seperti demam ketika masa menyapih? Fluktuasi hormon kadang-kadang bisa memicu rasa dingin dan keringat.
Apabila mengalami gejala mirip flu disertai pembesaran payudara atau terdapat bengkak serta rasa tidak nyaman di area payudara, hal tersebut bisa jadi indikasi mastitis.
Mastitis merupakan suatu infeksi pada payudara yang bisa timbul saat atau sesudah masa menyusui, hal ini disebabkan oleh tubuh mungkin mempertahankan ASI tanpa pengeluaran yang tepat.
ASI yang dikumpulkan di dalam payudara bisa segera berubah menjadi tempat yang sempurna bagi pertumbuhan bakteri. Tanda-tandanya meliputi rasa seperti flu (rasa lelah parah, nyeri serta gemetar) disertai demam tinggi.
Merahness di area payudara, rasa sakit serta adanya benjolan menandakan mastitis. Payudara juga bisa terasa panas ketika disentuh.
6. Masih memproduksi ASI
Saat mengakhiri proses menyusuai, kamu tidak serta-merta berhenti memroduksi Air Susu Ibu (ASI). Sebenarnya, produksi ASI bisa tetap berlangsung hingga beberapa bulan setelah pemutusan penyapihan.
Badan perlu belajar untuk membuat ASI ketika baru mulai memberi susu dan selanjutnya harus mengetahui kapan berhenti memproduksinya. Tiap badan punya jadwal masing-masing; ada yang selesai dengan proses weaning dan ASI-nya surut hanya dalam beberapa hari, sedangkan yang lain bisa terus memproduksi ASI sampai satu tahun lebih lanjut.
Waktu pengeringan stok ASI pada orang yang memiliki produksi susu berlebih biasanya akan memakan waktu lebih lama.
Apabila Anda secara rutin merangsang puting atau memerah ASI menggunakan tangan tanpa alasan tertentu, hal itu cenderung membuat produksi ASI tetap berlanjut. Ini dikarenakan stimulasi pada puting serta gerakan tangan memberikan sinyal kepada tubuh agar melanjutkan proses penghasilan susu ibu.
7. Libido meningkat

Saat sedang masa menyusui, sebagian besar individu mengalami penurunan gairah seksual. Hal ini terjadi akibat tingkat hormon estrogen yang sangat rendah selama proses menyusui, yang bisa memicu kondisi kering pada area vagina serta berkurangnya dorongan untuk aktivitas intim. Selain itu, rasa lelah dari perawatan si buah hati membuat hubungan intim kurang menjadi prioritas.
Setelah proses penyapihan selesai, level hormon estrogen meningkat kembali sehingga hasrat seksual juga menguat. Sebagian individu tetap menjalani periode dengan dorongan seks yang kuat saat masa laktasi, sedangkan beberapa lainnya baru mulai merasa nyaman atau bersedia untuk melakukan hubungan intim usai fase pemberian ASI tersebut.
8. Payudara terasa sakit
Seperti halnya peningkatan risiko terkena mastitis saat proses penyapihan, begitu juga akan timbul rasa sakit akibat bengkak dan sumbatan pada saluran ASI.
Terjadinya bengkak disebabkan oleh ASI yang tertahan di dalam payudara tanpa dipompa keluar, menyebabkan pengumpulan cairan dan darah pada jaringannya. Hal ini membuat area tersebut menjadi membengkak, sesak, dan membesar.
Payudara bisa terasa kencang, padat, panas, dan sensitif ketika disentuh, serta mungkin berdenyut atau mengalami rasa sakit.
Saluran Air Susu Ibu (ASI) yang tersumbat bisa terjadi apabila payudara dipenuhi susu untuk periode panjang.
Pembesaran payudara serta sumbatan saluran susu cenderung muncul di awal masa menyusui saat tubuh beradaptasi dengan fungsi baru dalam menghasilkanASI. Akan tetapi, kondisi tersebut juga bisa terjadi lagi ketika proses penyapihan.
Pembengkakkan dada sering kali dipandang normal dan menjadi bagian dari masa setelah menyapih. Ini terjadi karena sudah tidak memberikan asi lagi, sehingga susu ibu dapat tertahan di dalam payudara yang mungkin menghasilkan rasa tidak nyaman.
9. Berat badan naik

Ibu yang sedang menyusui biasanya mengalami rasa lapar yang kuat. Sebagaimana sudah dijelaskan, tubuh memerlukan kira-kira 500 kalori tambahan selama masa menyusui. Oleh karena itu, bisa jadi diperlukan asupan makanan yang lebih besar untuk menjaga produksi air susu ibu (ASI). Namun, ketika proses penyapihan dimulai, jumlah kalori yang dibutuhkan akan menurun. Hal ini dapat menciptakan perubahan pada pola nafsu makan serta variasi dalam bobot badan.
Misalnya saja bila Anda tetap menjaga kebiasaan mengonsumsi cemilan lebih banyak sehari-hari, bobot badan bisa naik beberapa kilogram lantaran tubuh tak perlu lagi asupan kalori berlebih tersebut.
Mengakhiri masa menyusui merupakan tahap penting dalam pengalaman keibuan, di mana tiap wanita mungkin akan merasakan perubahan yang unik. Walaupun proses tersebut dapat dibarengi dengan rasa tidak nyaman secara fisik maupun emosional, namun hal-hal tersebut sebenarnya termasuk dalam bagian alamiah untuk menyesuaikan diri.
Dengan mengenali situasinya dan memberi ruang pada tubuh agar dapat menyesuaikannya, wanita akan mampu melalui fase ini dengan lebih damai. Tidak ada salahnya mencari bantuan, apakah itu dari profesional kesehatan atau keluarga dekat, sebab kondisi fisik sang ibu juga tak kalah penting dibandingkan pertumbuhan bayi mereka.
Referensi
Apa yang Sebenarnya Terjadi pada Tubuh Anda Ketika Berhenti Menyusui LIVESTRONG . Diakses April 2025.
4 Hal yang Mungkin Mengejutkan Anda Tentang Pemberhentian ASI Penn Medicine . Diakses April 2025.
"Mastitis". Mayo Clinic . Diakses Maret 2025.
Tanda-Tanda Paska-Pemberian ASI: 9 Hal yang Perlu Anda Ketahui thebellemethod. Diakses April 2025.
"Hormon Menyusui dan Gejala Penenian". Natalist. Diakses April 2025.
Cappelletti, Maurand, dan Kim Wallen. "Meningkatkan Hasrat Seksual Wanita: Efektivitas Perbandingan Antara Estrogen dan Androgen." Hormones and Behavior 78 (14 November 2015), halaman 178-193.
Posting Komentar